Friday, August 1, 2008

Batik Indonesia - Ramah Lingkungan

Saya ini pecinta batik...waktu kuliah dulu, saat batik belum ngetop di kalangan anak muda Indonesia seperti sekarang ini, saya sering memakai batik ke kampus. Batik pekalongan saya bikin rok dan blus...lalu waktu sedang ngetop2nya blus motif batik yang seperti perca tempel2...saya juga punya.

Saya ingat, ada salah seorang dosen yang pernah mengejek saya karena melihat saya sering pake batik ke kampus, dia pernah bilang " eh ..mbak ini kaya orang tua aja suka pake batik!" dan dia juga pernah bilang ..." wah, si mbak kayaknya ada bakat jadi pejabat nih...pake batik melulu!" saya cuman senyam senyum aja...saya anggap dia itu cuman sirik...karena merasa enggak pantes pake batik he hehe..

Sekarangpun saya masih cinta batik...kalo musim panas sehari2 saya berdaster batik ria dan kalo ada acara2 formal, saya sering pake batik. Oiya suami saya dan anak tiri saya yang laki2 juga senang batik.

Yang saya bangga dengan pembatik indonesia, terutama pembatik Yogyakarta, sekarang mereka sudah semakin sadar lingkungan. Mereka sudah memakai bahan2 pewarna natural yang terbuat dari alam. Sehingga limbahnya tidak merusak lingkungan. Bahan2 pewarna ini bisa kita buat sendiri tapi yang lebih menyenangkan (dan membanggakan juga) sekarang kita bisa membeli pewarna2 alami ini dengan mudah di Yogyakarta. Jadi dengan semakin banyak pembatik yang menggunakannya mudah2an semakin membaik jugalah lingkungan kita.

Saya ingat waktu tinggal di Bandung dulu sekali..kami tinggal di daerah dekat pabrik tekstil. Saya sering melihat air limbah dari pabrik2 tekstil itu mengalir ke saluran pengairan masyarakat di sekitarnya, ke selokan2 yang dangkal dan juga ke pengairan sawah dan kebun. Karena masih kecil dan belum ngerti apa2...dulu sih saya senang melihat selokan depan rumah kadang berwarna ungu...biru...kuning...hijau...tapi kalau sedang berwarna merah kami suka ngeri...kesannya habis ada pembantaian di lingkungan kami. Tak terbayangkan apa saja kerusakan yang terjadi di lingkungan kita akibat dari limbah pewarna2 tekstil itu...jadi ngeri ngebayanginnya sekarang. Yang pasti Limbah pewarna alami sama sekali tidak merusak lingkungan malah justru berguna bagi alam.

Metta, kakak ipar saya yang pembatik dari Yogyakarta, menjelaskan pada saya tentang pewarna alami yang dia pakai. Berikut ini penjelasannya:


Pewarna alam sebenarnya banyak banget, tapi aku hanya ambil beberapa dulu yang biasa dan banyak dipakai, bahan juga mudah didapatkan.
1. Indigo (Indigofera Tinctoria)
sejenis tanaman perdu yang menghasilkan warna biru.Bagian tanaman yang diambil adalah daun/ranting.
2. Kelapa(cocos nucifera)
Bagian tanaman yang diambil adalah kulit luar yang berserabut (sabut kelapa). warna yang dihailkan adalah krem kecoklatan.
3. Teh (camelia sinensis)
Termasuk tanaman perdu. diambil bagian daun, untuk dapat menghasilkan warna coklat.
4. Secang (caesaslpinia Sapapan Lin)
Termasuk dalam tanaman keras yang diambil bagian kayu, untuk menghasilkan warna merah. Warna merah adalah hasil oksidasi, setelah sebelumnya dalam pencelupan berwarna kuning.
5. Kunyit (Curcuma Domestica Val)
Bagian tanaman yang diambil adalah bagian umbi akar, yang menghasilkan warna kuning.
6. Bawang Merah (Allium Ascalonicium L)
Bagian dari bawang merah adalah kulit dan menghsilkan warna jingga kecoklatan.

Untuk bahan pembantu memperkuat zat pewarna alam tersebut a.l :
air kapur, tetes tebu(Mellase), tawas, sendawa(NaNO3), cuka, air jeruk nipis, gula jawa, gula batu, tape, pisang klutuk, dan daun jambu klutuk.

dalam proses pewarnaan dengan zat pewarna alam biasanya digunakan media/tekstil yang juga merupakan produk natural yaitu serat yang berasal dari bahan kapas, sutera, dan wool. supaya pewarna alam dapat masuk dengan sempurna

Membaca penjelasan dari Metta, aku makin cinta deh pada batik Indonesia yang ramah lingkungan ini.


3 comments:

Anonymous said...

Aahh...cantiknya si mpok! hehe... Itu toh wajah aslinya, soalnya baru kali ini lihat jelas :)
Tau gak, aku sudah hampir mau les bikin batik pas anak2 libur sekolah kemaren lho, cuma alamaak...jauhnya dari rumahku! Terpaksa batal dulu..Butuh inner spirit lebih kuat lagi kayaknya kalo mau serius ngeles. masalahnya cuma si ibu itu satu2nya yang buka kursus batik. Produknya dia mulai ngetrend di Smg, judul studio nya 'Batik Semarang 19'. Oya, dress batikku baru jadi minggu depan, nanti tak "pamer2" ya...kalo dah jadi :)

Xtina said...

he he hee...jadi malu!!!
Kakak iparku, Metta (tinggal di Yogya) pinter membatik Hen...dulu aku sama Evi pernah belajar membatik sama dia. Kalo kamu mau belajar di Yogya, belajar aja sama dia ;-)) he he hee makin jauh aja ya dari Semarang!!!

Xtina said...
This comment has been removed by the author.